Thursday 25 October 2018

MITOS DAN FAKTA SEPUTAR SKINCARE

MITOS DAN FAKTA SEPUTAR SKINCARE

mitos dan fakta


Hai Gengs.. Assalamualaikum..

Dalam pengertian versi aku, skincare adalah produk yang dapat membuat merawat kulit, sehingga membuatnya menjadi sehat.
Jenis skincare itu ada banyak banget dan kandungannya pun macam-macam. Sangking ngejelimet pembahasan tentang skincare, membuat aku sering banget "konsultasi" menyanyakan tentang produk skincare sama Mia. Mia adalah salah satu teman aku, sesama beauty blogger yang hobby banget baca jurnal ilmiah seputar kandungan skincare. Enggak salah dong, kalau aku akhirnya menyebut Mia sebagai skincare guru karena Mia memang menguasai banget hal-hal tentang skincare.


mitos dan fakta skincare

Kalau aku ngobrol sama Mia tentang skincare routine, Mia akan memberikan penjelasan tentang skincare dengan sedetail-detailnya. Makanya, waktu Beautiesquad menggandeng Mia untuk mengisi agenda rutinnya, yaitu Ngopi Cantik, aku langsung daftar dengan yakin karena Mia bakalan bahas seputar Mitos dan Fakta Seputar Skincare.

Mia dan Skincare

Aku pernah penasaran, "kok Mia segitu rajinnya ya baca tentang skincare?", "Mia ini awalnya kenapa ya tiba-tiba baca jurnal tentang skincare?"

Alhamdulillah pertanyaan aku terjawab, saat Mia memperkenalkan diri di Ngopi Cantik. Mia bilang, awalnya beliau memiliki mild seborrheic dermatitis sehingga memutuskan banyak membaca karena ingin tahu kondisi kulitnya sendiri. Alhamdulillah sekarang mild seborrheic dermatitis nya sudah membaik. Tapi, dari situlah yang membuat Mia ketagihan banyak membaca jurnal dan senang bisa sharing ke teman-teman yang juga suka kosmetik.

Mitos dan Fakta Skincare

1. Fakta : Enggak semua kosmetik natural itu safe, dan enggak semua produk sintetis (diproduksi dengan bahan kimia) itu berbahaya.

Masih banyak dari kita yang suka share bahwa "produk A aman tanpa bahan kimia.". Menurut Mia, hal itu salah secara konteks. Seperti pembodohan umat. 

Seperti ini, water (banyak terdapat di produk seperti toner, moisturizer, lotion, dan lain-lain). Water  selalu menjadi ingredients pertama atau kedua yang dicantumkan dalam list ingredients produk, Water bahasa lainnya adalah aqua atau air. Rumus kimianya adalah H2O.

Water itu natural, safe, aman selama tidak ada rasa, bau, atau warna yang aneh. Tapi seperti yang kita tahu, water memiliki nama dalam kimia, yaitu H2O. Jadi, enggak bisa dibilang natural itu enggak mengandung unsur kimia.

Kenapa yang natural enggak selalu safe? Ini contohnya, kalau teman-teman pernah dengar titanium dioxide atau zinc oxide. Keduanya memiliki fungsi sebagai sunscreen agent yang bagus melawan UVA dan UVB. Tapi faktanya, sunscreen agent yang diproduksi di pabrik itu dibuat dalam bentuk sintetis. Jadi, walaupun di alam juga ada yang namanya titanium dioxide atau zinc dioxide, kedua bahan ini enggak aman kalau dijadikan bahan skincare karena beracun.

Contoh lainnya adalah silikon. Silikon itu sintetis, banyak yang menganggap silikon berbahaya karena banyak artikel yang membahas tentang suntik silikon. Benar bahwa memang ada jenis-jenis silikon yang berbahaya. Tapi kalau sifatnya dipakai sebagai skincare, Mia yakin produsen juga tidak akan memasukan bahan berbahaya untuk membuat produk yang akan digunakan di wajah. Dimethicone sangat aman dan sebenarnyamerupakan jenis silikon terbaru yang tidak menyumbat pori-pori.

mitos dan fakta skincare

2. Fakta : Paraben Itu Aman

Paraben ini sifatnya sintetis atau dibuat dari unsur-unsur kimia, bukan dari alam. Salah satu alasan kenapa orang takut dengan paraben karena banyak sumber yang mengatakan bahwa paraben dapat menyebabkan kanker payudara. Tapi, kalau kamu salah satu followers @labmuffinbeautyscience, mungkin kamu pernah baca artikelnya tentang paraben. Dari yang Mia pernah baca, sebenarnya ada mispersepsi soal paraben.

Awal dari mispersepsi itu adalah media sempat menggembar gemborkan bahwa paraben sebagai reseptor estrogen yang bisa mempengaruhi hormon wanita. Estrogen ini dikaitkan dengan penelitian kanker payudara dan ketidakmampuan wanita melakukan reproduksi. Mereka salah mengartikan karena ada peneliatan yang dilakukan pada tahun 2004 terkait kanker payudara, dimana katanya di jaringan dalam payudara terdapat paraben. Sebenarnya, jumlah paraben yang ditemukan itu kalau diibaratkan hanya seperti sejumut pasir yang kita genggam di Gurun Sahara, atau sedikit banget. 

Jadi, kalau ada green beauty yang campaign dengan menyebut "no SLS, no paraben, no lanolin", menurut Mia hal itu adalah pembodohan.

Di Indonesia sendiri, banyak produk yang menggunakan ethylhexylglycerin, phenoxyethanol, dan DMDM hyantoin untuk bahan pengawaet kosmetik dan skincare. Sampai saat ini, paraben termasuk yang paling aman karena sudah ratusan tahun dari sejak ditemukan sampai sekarang, kasus alergi atau kasus yang membuat paraben dianggap berbahaya sangat sedikit. Sementara, phenoxyethanol itu dilarang di beberapa negara dan kemungkinan alergi yang timbul rasionya lebih besar dibandingkan paraben.

Sementara, DMDM hyantoin itu adalah bahan pengawet yang merupakan jenis formaldehyde. Dalam arti, ketika ada bakteri hinggap di skincare, DMDM ini fungsinga sebagai antimikroba yang akan membunuh bakteri. Walaupun sampai detik ini masih dianggap aman (dengan kadar yang boleh dipakai 0,2%), kemungkinan kulit iritasi jauh lebih besar ketika menggunakan pengawet DMDM.  Karena CIR (Cosmetics Ingredients Review), salah satu lembaga terpecaya Amerika atas inisiasi beberapa brand, merilis informasi kalau DMDM hyantoin, phenyxoxyethanol, dan paraben aman selama memenuhi standar safety mereka.

Paraben itu tidak berbahaya karena biasanya paling banyak hanya 1% dari kandungan skincare, malah sebenarnya biasanya cuma 0.1-0.2%.

Banyak brand yang menggembar-gemborkan masalah free paraben. Kenapa? Padahal paraben kan aman. Berdasarkan buku tentang green washing yang Mia baca, intinya semua itu dimulai dari konsumen yang ingin semuanya green, maka industri menjawab demikian : no paraben, no lanolin, dan lain-lain.

skincare


3. Mitos : Petrolatum dan Petroleum Jelly, Mineral Oil, Sering dianggap berbahaya dan menyebabkan clogged pores

Mineral oil dan petrolatum itu terbentuk dari hidrokarbon, sehingga keduanya natural dan aman digunakan. Kebanyakan orang takut akan keduanya karea disebut-sebut kalau mineral oil dan petrolatum berasal dari petroleum. Petroleum merupakan cairan yang ditemukan di bawah batu sedimen, biasanya dipakai untuk bahan bakar, dan lain-lain. Tapi, petrolatum atau mineral oil yang digunakan dalam skincare itu hasil distilasi, dan kalau ternyata produsen membeli mineral oil dan petrolatum yang diproses purifikasi terbaik sebenarnya tidak akan membuat clogged pores.

Misalnya kita membeli produk yang mengandung mineral oil dan berakhir dengan jerawatan atau komedoan, belum tentu bahan tersebut penyebabnya. Bisa jadi sejak awal pori-pori kamu tersumbat tapi tidak kamu sadari. Atau bahan mineral oil yang digunakan bukan hasil purifikasi ter,baik, jadi 
produsen membeli mineral oil dengan harga yang murah (tidak berkualitas baik) untuk menekan production cost.

4. Mitos : Liquid Gold dan Collagen adalah bahan antiaging yang baik

Statement bahwa liquid gold dan collagen adalah bahan antiaging merupakan hal yang salah. Jadi, ini dimulai sejak tren mengawinkan unsur metal ke skincare. Tim marketing melaunching tren ini untuk mendongkrak pasar.

Sejauh ini, yang Mia yakini unsur metal yang baik untuk antiaging, yang paling bisa dipercaya yaitu Copper-Peptide karena sudah cukup banyak penelitian yang mengarah ke sana. Selain itu, peptide sendiri memang salah satu bahan yang menjanjikan untuk antiaging.

Untuk collagen sendiri, ada istilah hydrolyzed collagen yang intinya berupa collagen yang dipecah-pecah sehingga menjadi molekul terkecil. Ada salah satu metode yang bisa menentukan apakan suatu bahan itu termasuk skincare atau drug (obat) yang bisa jadi skincare, yaitu Dalton Rule. Intinya, kita mencari tahu berapa massa molekulnya (molecule weight). Kalau di bawah 500, maka sifatnya drug. Kalau di atas 500, maka sifatnya skincare.

Collagen, memiliki massa molekul sekitar 80-12kD, sehingga kira ribuan sampai puluh ribuan. Sehingga collagen tidak bisa membantu untuk antiaging karena menembus lapisan kulit teratas saja tidak bisa. Malah akan sit on top saja. Itulah alasan kenapa Mia cenderung menyebut collagen sebagai humectan, hanya bisa membuat kulit menjadi lebih moist saja.

Contoh bahan antiaging yang baik adalah retinol, karena massa molekulnya sekitar 200an, sehingga dapat menembus kulit.

Tips Untuk Memilih Skincare dari Mia

Ada banyak pertanyaan saat sesi tanya jawab dibuka. Dari sesi tersebut, aku menyimpulkan beberapa tips dari Mia untuk memilih skincare yang tepat bagi kulit kita:

1. Ketahui kondisi kulit kita
Mia menggunakan AHA setiap hari. Seperti yang kita tahu AHA atau Alpha Hydroxy Acid adalah senyawa yang efektif untuk mengeksfoliasi kulit mati. Ada anjuran pemakaian AHA 2-3 kali seminggu, tapi Mia pakai setiap hari. Mia melihat kondisi kulitnya termasuk "kulit badak" dan memang lebih efektif untuk menggunakan AHA setiap hari. Sedangkan bagi yang kulitnya tipis, tidak disarankan dieksfoliasi kulit setiap hari.

2. Memahami kandungan dalam skincare
Ini merupakan PR besar buat aku. Masih banyak kandungan skincare yang belum aku pahami. Padahal dengan mengetahui ingredients skincare, kita bisa mengetahui aman atau tidaknya suatu produk skincare untuk digunakan.

Yang paling penting untuk diketahui, kalau ada komposisi berupa aqua tanpa bahan pengawet apapun, maka jangan dibeli. Karena air butuh bahan pengawet dan embel-embel natural saat ini mengarahkan ke "tanpa bahan pengawet". Kalau tanpa bahan pengawet seperti Pyungkang Yul Essence Toner, tapi mencantumkan PAO 6 bulan, menurut Mia itu masih aman. Alasannya, di produknya itu hanya ada bahan-bahan sintetis yaitu silikon salah satunya, biasanya "waktu hidupnya" lebih lama.

3. Menghindari Produk Yang Non Cruelty Free
Karena banyak produk yang dibuat di China, dan ada juga yang di China dipalsukan dan dijual ke Indonesia. Mia yakin dari semua skincare yang dijual di e-commerce pasti ada yang palsu. Mia khawatir suatu saat ia beli produk dan dapat yang palsu dan dipakai. Maka itu Mia memilih produk cruelty free untuk menghindari kemungkinan dapat barang palsu.

Jadi, kita jangan cepat termakan oleh kabar skincare yang ternyata hoax di sosial media gengs. Kita harus pelajari lagi, cari tahu kebenarannya. Semangat!! Semoga kita semua menemukan skincare yang tepat untuk kebutuhan kulit kita.


find me on:
instagram: @arianirosidi
youtube: Hai Ariani
FB Page: Hai Ariani
email:  ayarosidi@gmail.com

9 comments :

  1. Ka, kereen ini mah, bikin aku terkedjoet terutama mitos bahwa collagen isn't antiaging agent, retinol is da best, dan masalah ingredient water yang bersyarat itu. Sukaaa, karena aku emang skincare-addict tapi level cupu, tertarik banget masalah skincare tapi mainnya masih kurang lama, baru 1 tahun ini aware *laah malah curcol

    ReplyDelete
    Replies
    1. semangaaat. . aku juga masih perlu banyak belajar nih. .hahah

      Delete
  2. Thank youuuu ka Aya artikelnya sangat membantu mengerti skincare :)) aku suka banget mantengin IGS kak mia juga hahaha seruuu dan bermanfaat!

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyaaahh IGs miaa seru banget dan bikin mikir "ooo.. gitu toh.. "hahaha

      Delete
  3. Aku sedih nih mau cobain skincare The Ordinary tapi doinya mau tutup :( Ntar kalo mau repurchase kan susah hiks Lagi liat2 merk Korea dan US, sementara ini berkutat di Cosrx sih :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. ga jadi tutup kok niin kmrn the ordinary nya udah bilang di ig nyaaa

      Delete
  4. Aku jadi berasa abis kuliah 4 sks abis baca ttg skincare ini ayaaaa...thanks for sharing, terutama soal mineral oil yg selalu kukira penyebab menyumbat pori haha

    ReplyDelete
  5. Wah, thank you for sharing ka Aya! Aku sebelumnya emang selalu menghindari Mineral Oil karena banyak yang blg bikin clogged pores, kurang cocok buat yang kulitnya gampang berjerawat *seingetku* ternyata taunya engga yaa dan cuma mitos.. :)

    hollabeautievers14.blogspot.com

    ReplyDelete

Back to Top